Monday, November 27, 2006

Ima iparku

Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak usia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku. Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut berbelanja. Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus. "Lho..kok nggak ikut ?" tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan, "Tauk nih..lagi males aja gue.." sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan, "Anto kemana..?" tanyaku lagi tentang suaminya, "Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya.." sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).

Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas; "Di..Adi..", "Yaa.." sahutku, "Kesini sebentar deh Di..", dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima. "Ada apa neng..?" kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan. "Rese luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat" katanya, "Curhat apaan?", "Apa! ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol" katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya "bete" berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal. "Kebayangkan gue kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?" tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini. "Kan gue sekarang lagi nemenin.." jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya "Mau..?", aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak. "Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?" tanyaku, "Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja." jawabnya semakin dekat ke wajahku.

Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya."Mmhh..mmhh.." nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya, "hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh" desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.

Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya. "Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng." kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. "Kamu suka yaa.." sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. "Terusin dong.." pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. "Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp.." ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.

Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan "Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh... ..sshh.." rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.

Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut. "Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi.." Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap "Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..", ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping "malam pertamaku" dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. "Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh.." ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.

Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya, "Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..", kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya "Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..", sampailah aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya. "Sayang.. kamu mau ngapain?" tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.

Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat. "Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget.." ujarku memuji, "hihihi.. suka ya..?" tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang "Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh.." lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya "Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey.." gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun "Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..", tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.

Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah "Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh.." tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap "Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa.." Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali "serrtt.. serrtt.. serrtt.." kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat "Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh.." vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. "Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh.." katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, "Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh.." dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.

Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku "Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?" ujarnya, "Oke honey, jangan kaget ya.." sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku, "Wow..berapa ukurannya Di ?" tanyanya, "Kira-kira aja sendiri.." jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal, "Aww.. gila.. muat nggak nih..?", sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus "Sshh.. aahh.. Ima.. sshh.." aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. "Abis dicukur ya ?" tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.

Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, "Mm.." gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku "Serrp.. serrp.. serrp..", tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya "Aahh.. sshh..." aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, "Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang.. uuhh.." gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya "Clop.. clop.. clop..". Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku, "Ima.. mmhh.." rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan. "Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh.." Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, "Gila luh.. 20 menit gue oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut gue." katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.

Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri "Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..", tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku, "Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm.." Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras "Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..", setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya "Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh.." desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, "Aaahh..dhhii..oohh.." vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.

Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down "Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh.." Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya "Okhe.. honey.. siap-siap yaa.." kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak. Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya "Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh.." desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku. "Slepp.." baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak "Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh.." sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku "Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh.." vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks "Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh.." aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak "Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh.." Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya "Sloop..sloop..sloopp.." dengan gerakan turun naik yang berirama "Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh.." Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.

Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku. Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya "Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh.." jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua, "Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh.." aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya "Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. " teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar, "Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan.." sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, "Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh.." balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot "Seerrt.. seerrt.. seerrt.." Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan "Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh.." bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.

Kami terdiam sesaat, kemudian "Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?" pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku, "Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih.." ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya "Plop.." sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk "Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?" tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.

Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. "Aahh..beneran nggak sabar..hihihi.." ucapnya "Emang..abis upacaranya banyak amat.". Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya. "Hemhh..sshh..aahh..enghh.." desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku. "Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..", kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang "Srreepp.." aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya "Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh.." teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal "Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh.." pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas "Pook.. pook.. pook.." bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya "Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh.." "Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..", "Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh.." ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama, "Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH.." "Seerrt..seerrt..seerrt.." kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.

Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat "Aahh..." kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya. "Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini.."ujarku memuji, "Enak mana sama punya adikku ?" tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum "Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh.." kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku "Ploop.." "Aahh.." Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya "Mmhh..mmhh.." tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur "Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas." puji Ima, "Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!" balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu. "Sleepp.." "Auuwhh.." Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek "Hehhnghh.. engghh.. aahh.." gerangnya.

Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh "Aahh.... oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..", sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya "Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?" tanyaku "He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii... aahh.." lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya "Oohh.. adhii.. oohh.. enghh.." tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.

Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap "Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh.." kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh. "Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh.." desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.

Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh.." "Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh.." ujarku meracau "Iyaa.. honey..oohh..aahh.." tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima. "Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,," erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya "Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh.." sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut "Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh" jeritnya "Yeeaa.. aahh.." jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan, "Srreett.. crreett.. srreett.. crreett.." kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.

Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.

Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya. "Adi.. kamu hebat banget, gue sampai puas banget sore ini, klimaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin sebelumnya, hemmhh.." Ima berkata sambil menghela nafas panjang "Ma kasih ya sayang.. thank you banget.." ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku "Adi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang.." "Pasti !" jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.

Secret Lover

Jakarta, 18 November, 07.18 PM.

Termenung saya dalam mini jeep yang saya kendarai, memandangi antrean kendaraan yang hendak memasuki gerbang Puri Agung Sahid malam itu. Sepasang janur kuning berukuran besar tampak menjuntai di kejauhan, menandakan acara apa yang sedang dilangsungkan di dalamnya. Saya memang berniat menuju ke sana, sama seperti kerumunan mobil yang terjebak dalam antrean ini. Perlahan saya perhatikan mobil-mobil yang berjejal dalam antrean. Mini jeep saya terlihat seperti sebuah rumput liar di taman penuh bunga. Tepat di depan saya terpampang 735iL, lalu beberapa meter darinya tampak S320. Ada pula S70 dengan plat nomor BS di belakangnya, lalu masih banyak lagi mobil-mobil CBU yang bahkan dalam mimpi pun saya belum pernah melihatnya. Semuanya antri ingin memasuki halaman parkir perhelatan tersebut. Tiba-tiba saya tersenyum simpul, mengingat ucapan seorang yang saya tuakan dalam hidup ini. Katanya di Jakarta tidaklah heran menemukan orang kaya, yang mengherankan adalah menemukan orang jujur. Dan sudah jujurkah semua tuan-tuan bermobil mewah ini? atau lebih jauh lagi, sudah jujur pulakah diri saya?

Sebelum terlampau jauh, ijinkanlah saya memperkenalkan diri. Nama saya Ryo, 23 m Jkt (buat chatters yang nggak tau artinya, mending balik pake mesin tik aja kali yah, hehehe...). Yah saya memang bukan lagi Ryo 23 m Bdg seperti dalam kisah-kisah terdahulu. Kelulusanku dari sebuah fakultas teknik yang dikenal sebagai ekonominya teknik (karena banyak mata kuliah ekonomi dalam kurikulumnya) dari sebuah Universitas ternama di kota itu telah mengantarkanku mendapatkan pekerjaan di Jakarta beberapa waktu yang lalu. But one thing for sure, I'm not working at Tia's office (untuk mengetahui tokoh ini, disarankan untuk membaca Walk Interview). Now I'm just an employee from one of an automobile industry in Indonesia, based on North Jakarta.

Kurang lebih 15 menit yang saya butuhkan sampai akhirnya dapat melangkahkan kaki dengan tenang menuju pintu gerbang perhelatan akbar tersebut, meninggalkan mini jeep saya yang terparkir nun jauh di sana. Setelah memasukkan amplop (yang saya yakin isinya cuma senilai kwaci bagi pasangan tersebut), mengisi daftar hadir dan mengambil souvenir yang dengan ramah diberikan oleh penerima tamu (pretty enough, but not my type), saya menyusuri elevator yang menuju ke lantai II, tempat acara tersebut diselenggarakan. Antrian tamu yang hendak memberikan selamat telah mengekor panjang dengan saya sebagai salah satu korbannya, dengan diiringi gending-gending Jawa yang terus mengalunkan nada-nada lembut daerahku. Di kejauhan tampak Linda, teman semasa SMA dulu, dalam rentangan waktu '92-'95 yang lalu, tampak cantik dengan busana daerah Jawa, sibuk menyalami para tamu sambil sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Di sampingnya tampak suaminya yang terlihat cukup gagah. Yah...mereka berdua nampak sangat berbahagia malam ini.

"Ryo..., ma kasih yah mau dateng, kapan nih mau nyusul? kok sendiri?", berondong Linda saat dengan lembut kusalami mereka di pelaminan. Saya hanya mampu membalasnya dengan tersenyum. Hhmm....menikah? bahkan memikirkannya pun tidak. Dalam dua atau tiga bulan lagi usiaku akan menginjak 24, ah...masih ada waktu cukup untuk bermain-main, melihat semua silau dunia sebelum pada akhirnya saya akan memutuskan untuk menetap dalam pelukan kedamaian seorang wanita. Kok sendiri? Pertanyaan itu yang masih menggayut di telingaku, saat satu per satu anak tangga pelaminan kuturuni. Seakan-akan dipurukkannya diriku dalam jurang kesunyian. Even an advounturer feels so lonely sometimes, seperti saat ini di mana diriku merasa sangat sendiri di tengah keramaian para tamu undangan. Hhh...sesak juga rasanya jika sisi sentimentil ini sedang terusik.
"Ryo.....ini kamu? Apa kabar?", tiba-tiba sebuah suara wanita menghentakkan lamunanku, membangkitkan kembali diriku dari kesunyian yang baru saja kualami. Sejenak saya palingkan muka mencari sumber suara tersebut. Rasanya pernah sangat mengenalnya. Terus kutelusuri wajah para tamu sampai akhirnya kutertumbuk pada sesosok wajah yang cantik, lembut and of course, I'll never forget. Revy, sahabatku di SMA dulu, tampak sangat anggun dengan kebaya modern bernuansa silver transparan yang dikenakannya. Revy... is that really you?

Tiba-tiba ingatanku terlempar pada beberapa tahun silam. Revy.... sebuah nama yang masih saja membekas hangat dalam setiap jejak ingatanku. Masih segar dalam ingatan bagaimana lekatnya kami berkawan semasa menempuh pendidikan di tahun terakhir kami pada sebuah SMA favorit di bilangan Slipi Kemanggisan dulu. Tidak ada seorang pun yang percaya bahwa kita tidak terlibat cinta. You're both too close to be friends, there must be something special between you, dan masih banyak lagi yang nyata terngiang tuduhan dari teman-temanku dulu akan hubunganku dengan seorang Revy. Jujur di dalam hati pun saya pernah memimpikan hal yang sama terjadi. Yah...saya memang hanya manusia biasa, yang terkadang sulit mengontrol perasaan dan harapan kala mana berdekatan dengan sesosok lawan jenis yang sangat kita kenal dan terasa sangat mengenal kita. Tapi pada akhirnya saya memilih untuk mendiamkan perasaan itu lewat, sambil membunuhi benih-benih rasa yang terlanjur tumbuh. Saya tidak akan pernah bisa kehilangannya sehingga jika saya tidak dapat memilikinya lebih dari sekedar teman, biarlah saya memilikinya sebagai seorang sahabat. Masih banyak lagi alasan mengapa saya memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya terhadapnya. In fact, we live in different world. Revy adalah anak dari sebuah keluarga yang dapat di bilang sebagai konglomerat yang berkedudukan di Surabaya. Memang Revy tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, bahkan dia akan marah besar jika ada yang menyinggung permasalahan tersebut. Namun saya juga harus tahu diri, biar bagaimanapun kesenjangan kelas sosial mau tidak mau akan menjadi kendala bagi berjalannya suatu hubungan, apalagi dalam usia remaja seperti kita. Di lain pihak, seusai bangku SMA, ia merencanakan untuk menuntut ilmu di Wina, Austria. Interior Design yang menjadi impiannya selama ini akan ditimbanya di negeri itu. And I don't belive in long distance relationship, not a second...!! Dan memang kabar terakhir darinya adalah ketika kumelepasnya di boarding gate Bandara Soekarno-Hatta di suatu malam, lima tahun yang lewat. Kami berpelukan erat, sepertinya tidak akan pernah bertemu lagi. Wajahnya perlahan menghilang di kerumunan penumpang lain yang siap berangkat. Dan wajah itulah yang sekarang hadir lagi di hadapanku.....

"Ryo..., kok malah bengong? Masih inget saya nggak?", sapa Revy ramai menyapaku. Ah... tentu saja saya ingat, peri kecilku. Tentu saja saya ingat kamu....
"Revy...?", balasku tertegun, tidak mempercayai kehadirannya di hadapanku kini.
"Of course..., who else?", seru Revy sambil meninju bahuku, "Siapa lagi temanmu yang secantik ini, hah?", katanya lagi. Huh...pede sekali, tapi memang harus kuakui....
"Apa kabar Rev?", balasku sambil menyalami hangat tangannya. "Lho kok sendiri, cowok kamu mana?", tanyaku cepat saat menyadari lingkaran berwarna keemasan melingkar di jari manis kirinya. Ingin rasanya memeluknya, kalau saja.........
"Mas Heru lagi nggak ada di Indo. Eh...tau dari mana kamu saya punya cowok?", sahutnya tersadar kalau identitasnya terbongkar.
"Ah..wanita mana lagi yang mengenakan cincin emas di jari kirinya, kalau bukan pemberian seorang pria spesial", todongku sambil cuek.
"Oh iya..yah...., eh kamu kok juga sendiri, cewek kamu mana?", balas Revy nggak mau kalah.
"Saya memang masih sendiri kok, masih setia menantimu di ups....", saya tidak mampu menyelesaikan kalimat, keburu sebuah cubitan mendarat di pinggangku.
"Hhhh....gemes...masih aja kayak dulu, ngegombalnya nggak ilangilang", kata Revy sambil mengencangkan cubitannya di pinggangku. Tinggalah saya meringis-ringis menahan sakit, soalnya nggak mungkin teriak, banyak tamu sih...

Selanjutnya dapat ditebak, kami terlibat obrolan yang hangat dan akrab. Lima tahun tanpa kabar, dan kini tanpa sengaja bertemu di sebuah pesta pernikahan. Kabar si Anu, kabar si Itu, atau si Ini teman-teman kita dulu silih berganti mengisi topik pembicaraan. Seems just like yesterday.... Revy kini bekerja di sebuah konsultan interior design di kawasan Rasuna Said Kuningan, Jakarta. Tak jauh dari tempatnya tinggal, di sebuah komplek apartemen yang terletak di belakang sebuah Hypermarket made in France, di daerah yang sama. Katanya menimba ilmu, pengalaman dan sense terlebih dulu, untuk nantinya membuka usaha serupa dengan modal sendiri, itu jawabannya yang diberikan kepadaku saat ku tanya mengapa dia memilih untuk jadi "ekor naga", daripada menjadi "kepala ayam" (buat mas dan mbak yang sudah terjun ke dunia kerja, pasti tahu istilah ini). Mas Harry, kakaknya semata wayang, kini sudah menikah dan dikaruniai seorang putra, menempati rumah mereka dulu di kawasan Puri Indah. Dan sebagai gantinya, Revy dibelikan sebuah unit apartemen yang ditempatinya hingga kini. Dan mas Heru, lelaki yang berhasil melingkarkan cincin itu, adalah tunangannya sejak setengah tahun yang lalu. Ia kini sedang menyelesaikan kuliahnya di Boston, USA. Mereka telah 3 tahun berkenalan, walaupun baru berpacaran setahun yang lalu. Medio tahun depan mereka merencanakan untuk menikah, segera setelah Heru menyelesaikan studinya.

Kami terus berbincang akrab, tanpa sadar jumlah tamu yang makin berkurang karena hari beranjak malam. Dengan berat hati, akhirnya kami berpisah. Sempat kuantarkan Revy menuju parkir mobilnya, sebelum akhirnya kita benar-benar berpisah.

Jakarta, 20 November, 12.06 PM

Saya sedang menikmati santap siang di kantor, berkumpul dengan rekan-rekan kerja saat tiba-tiba teleponku berbunyi, dengan nama Revy terpampang di LCD ku. Segera aku menyingkir dari meja sambil menjawab telepon.
"Halo....Ryo?", terdengar suara wanita di ujung sana.
"Yup... Apaan Rev?", balasku segera.
"Eh Ryo...sibuk nggak ntar sore?", tanyanya kembali.
"Ntar sore? Hhmm...enggak tuh kayaknya", jawabku, "Assiikkk... mau nraktir yah?", sambungku dengan pedenya.
"Huh...ge-er...", sahutnya cepat, "Revy cuman mau ngajakin nomat, abis lagi suntuk nih Ryo". Nomat adalah singkatan dari nonton hemat, dimana setiap hari Senin kita mendapat potongan harga untuk membeli tiket (ah..semua juga udah tahu kok).
"Boleh tapi di mana?", tanyaku lagi.
"Biasa...di tempat bersejarah kita dulu, masak sih kamu udah nggak ingat masa-masa indah kita berdua..., hahahaha....", sambungnya diiringi gelak tawa candanya, "Revy tunggu di tempat biasanya, 1/2 6 teng yah...". Kami masih sempat berbincang-bincang sebentar, sebelum ia menutup teleponnya. Tempat bersejarah? Ah... lamunan saya kembali menyusuri jejak waktu yang telah berlalu sekian lamanya. Pondok Indah Mall adalah tempat favorit kami untuk jalan-jalan semasa sekolah dulu. Revy bilang barangnya bagus-bagus, sedangkan menurut saya yang terbaik dari tempat itu adalah pengunjung wanitanya yang cantik-cantik, hahahaha..... Entah sudah berapa kali kami jalan bersama ke tempat itu. Nonton, main game (ding-dong tepatnya), makan, atau sekedar ngeceng. Beberapa kali pula kami tertangkap dating oleh teman-teman yang lain, sehingga makin meyakinkan mereka kalau kami tengah berpacaran. Dating? ah... mungkin itu hanya harapan saya yang kelewat batas menganggap even-even itu sebagai dating.

Waktu menunjukkan jam 17.24 WIB ketika saya melangkahkan kaki memasuki area pertokoan tersebut. "Tempat biasa" yang Revy maksud tentunya masih seperti yang dulu, tempat kita sering nongkrong bareng. Outlet St. Michael di lantai dasar, bersebelahan dengan Baskin 31 Ice Cream pasti yang dimaksudnya. Dulu kita sering nongkrong makan ice cream sambil memandangi produk-produk St. Michael dari luar kaca. Hahaha....terasa betapa masih kecilnya kami saat itu.

Seulas senyum telah menyambutku, sesampainya ku di sana. Revy telah tiba terlebih dulu, dan masih seperti dulu, tengah asyik menikmati sebuah cup ice cream rasa strawberry sambil bersender di dinding outlet pakaian tersebut. Setelah berbincang-bincang sambil menantinya menghabiskan sisa ice cream-nya, kami pun naik ke lantai teratas untuk melihat film apa yang sedang diputar. Pangsit goreng, mie bakso dan sebotol teh dingin. Masih saja seperti dulu makanan fave-nya kalau sedang main ke PIM. Restaurant spesialis mie yang terletak tepat di seberang sineplex masih saja kena di lidahnya, pun setelah bertahun-tahun di negeri orang. Kami makan agak tergesa, karena Charlie's Angel akan ditayangkan tidak lama lagi.

Waktu sudah malam, ketika Cameron Diaz, Drew Barrymore dan Lucy Liu menyelesaikan aksinya di film dan memaksa kita untuk pulang. Seperti kemarin, kuantarkan kembali Revy menuju mobilnya. Kita menjadi semakin akrab, seperti seorang anak kecil yang tidak mau lepas dari mainan favoritnya yang telah lama menghilang. Yah.....Revy memang telah lama menghilang dari hidupku, dan entah kini apa maksud-Nya mempertemukannya kembali denganku.

Sesampainya di rumah, kubongkar kembali file-file lamaku, berharap mendapatkan secuil kenangan tentang Revy di situ. Dan saya berhasil mendapatkannya.....!! Dua lembar potongan karcis film "Speed" tertanda medio 94 yang lalu masih ada dalam salah satu file-file lamaku. Tersenyum ku seorang diri mengingat betapa lucu mimik wajahnya mengagumi sosok Keanu Reeves yang menjadi tokoh dalam film tersebut, 6 tahun yang lampau sambil terus mendesakku untuk mengikuti potongan rambut Keanu yang memang tengah mewabah saat itu. Hahaha...makin kayak tikus kecebur got donk kalau saya nekat memapras rambut saya meniru tokoh tersebut. Di lain pihak, entah mengapa saya suka menyimpan benda-benda yang mempunyai memori, mungkin saya adalah orang yang setia pada kenangan. Dan malam itu saya tertidur dengan senyum. Senyum tentang indahnya sebuah kenangan......

Jakarta, 1 Desember 2000, 03.19 PM

Lapar dan haus memang nyaris tidak saya rasakan, namun perasaan yang jenuh dan mengantuk yang tengah melanda diriku dengan hebat, sambil terus mencoba fokus memandangi General Managerku yang terus mengomel sepanjang memimpin rapat siang itu. Busyet...bosku ini pakai baterai apa yah, kok ngomelnya tahan banget dari tadi, pikirku sambil setengah mati menahan mata agar tidak terpejam. Memang sih dia tidak mengomeliku, namun rekan-rekan yang lain yang menjadi sasaran. Tapi tetap saja bikin bete kalau dengar orang yang ngomel melulu. Ini salah, itu salah. Ini kurang, itu kurang. Iseng kulirik ke luar jendela. Hhmmm...ruangan ini di lantai 4, kayaknya lumayan juga kalo GM-ku ini dilempar ke luar jendela, hahahaha........

Tet.....bunyi teleponku sekali, cukup mengejutkanku. Saya rupanya lupa untuk men-set silent mode sebelum meeting tadi dimulai. Untung cuma SMS, coba kalau phone call yang masuk, bisa bikin ribut seruangan meeting donk. Sejenak kulirik SMS yang masuk. Ah...dari Revy yang mengajakku keluar mencari makan bersama sore nanti. Lumayan lah, malam libur seperti ini ada juga yang bisa dikerjakan. Berarti selesai meeting, saya harus menelponnya kembali untuk memastikan jadwal dating kita sore ini. Dating? hah? mimpi kamu...!!

Sejak kita bertemu lagi, memang sering kami berjalan-jalan seusai jam kantor. Hampir 2 hari sekali kami jalan, pun hanya untuk dinner dan mengobrol serta bercanda. Rasanya tidak pernah habis bahan obrolan kami. Entah mengapa kami makin terasa dekat satu dengan lainnya. Revy pernah bilang kalau jalan dengan saya banyak ketawanya. Dia bisa bebas bercanda, ketawa, bahkan sampai ngakak. Katanya lagi, komentar-komentar saya sering mengejutkannya, dan membuatnya tidak bisa berhenti untuk tertawa. Rasanya ramai, seperti waktu masih muda dulu, ujarnya lagi. Dia bilang belum ada seorangpun kecuali saya yang mampu membuatnya dapat mengekspresikan apapun rasa di dalam hatinya dengan bebas, tidak juga Heru, tunangannya. Katanya berjalan dengan tunangannya itu adalah jalan-jalan serius, dinner di tempat-tempat yang serius (maksudnya formal kali yah?), membicarakan hal-hal yang serius. Datar tanpa kejutan, tanpa gejolak. But I love him anyway, sambungnya lagi.

Tidak terasa semakin hari kita semakin dekat. Semakin sering kita jalan, ada sesuatu yang mulai mengikat perhatianku kepadanya. Semakin ku mengenal kembali dirinya, seperti saat-saat dulu. Ah....kalau saja cincin itu belum ada.....

Waktu menunjukkan jam 17.36 WIB saat kulangkahkan kaki memasuki lobby gedung kantor Revy, sebuah gedung dengan bentuk menyerupai kipas raksasa di atapnya. Saya memang menjemputnya kali ini, karena mobilnya telah expired surat-suratnya dan harus diuruskan ke pihak yang berwenang untuk perpanjangannya. It takes one or two days, katanya. Telah kutelepon dari lahan parkir tadi, mengatakan bahwa saya akan menunggunya di lobby. Yup..., itu dia. Revy telah menunggu di lobby. Setelan celana panjang hitam dengan blazer senada menutupi kausnya yang berwarna biru muda sangat chic dikenakannya.

Kemacetan Jakarta sore hari telah memaksa kami untuk membongkar kotak kue Revy lebih dulu di jalan ketika jam di mobilku menunjukkan pukul 18.02 WIB. Sebuah restaurant Korean Food yang terletak di BBD Tower (kini Bank Mandiri) di kawasan Diponegoro yang menjadi referensinya kali ini. Katanya dari situ kita bisa makan sambil menikmati gemerlapnya lampu Jakarta di bawah sana dari puncak gedung tersebut. Mendengarnya mengingatkanku pada kafe-kafe di bilangan bukit dago pakar Bandung, tempat kita bisa menikmati city view Bandung sepuas mungkin sambil menghirup dinginnya udara pegunungan, sebuah pemandangan yang selalu menjadi fave saya sampai kapan pun. Andaikan Revy sempat pula merasakannya.... Kali ini Revy memang benar. Indah sekali menyaksikan gemerlapnya Jakarta dari atas sini. Lampu-lampu dari gedung maupun penerangan, berwarna-warni menghiasi pemandangan kota di malam hari. Di bawah sana tampak permainan ornamen lampu dari sebuah restaurant steak terkenal berpendar-pendar indah. Bagus memang, tapi tetap ada sisi romantisnya yang hilang. Tidaklah sesakral city view Bandung, di mana kita dibuat menyatu dengan alam, merasakan sapaan lembut angin yang menghembus wajah kita, tanpa batas dinding kaca dan pendingin ruangan seperti sekarang ini.

Namun dengan Revy di hadapanku, apalah yang menjadi kurang bagus? Memandang senyumnya saja seakan mampu memadamkan setiap lampu kota yang ada di bawah sana. Hiperbolik memang, tapi bukankah begitu rasanya fall in love? Hah? Jatuh cinta? mimpi kamu...!! "Lucu yah Ryo, kalau ingat dulu kita sering dikira pacaran", katanya di tengah obrolan. "Iya.. dan kalau mereka melihat lagi apa yang kita lakukan sekarang, pasti semua kaget menyangka betapa awetnya kita pacaran, hahahaha...", sahutku.

Dan kami pun tertawa bersama. Seringkali kami berjalan bersama, tidak satu kata cinta pun terucap, pun setelah bilangan tahun telah berlalu. And now what a perfect situation.... Delicious food, good place, romantic sight, beautiful face, fire in the heart, unless...... unless one thing............, ring in her hand. Huh......

Masih sempat kulirik jam yang menempel di dinding ruang tamu Revy menunjukkan pukul 22.42 WIB saat kami memasuki unit apartemennya. Sebuah unit apartemen kecil yang asri, dengan 2 kamar tidur dan teras dengan pemandangan menghampar menuju Jl. Casablanca, jelas terlihat dari lantai 7 ini. Revy meninggalkanku sendiri di ruang tamu, saat ia meminta ijin untuk sebentar ke kamar kecil. Hhmm.. penataan ruangan yang bergaya minimalis namun dengan paduan warna yang terang dan berani mewarnai desain interor ruang tersebut. Iseng kusibakkan tumpukan CD yang berserakkan di karpet. Chaka Khan, Toto, Whitney Houston dan ah...Syaharani..., sama seperti kasetnya yang selalu kudengarkan di mobil saat pulang-pergi kerja. Perlahan kumainkan dalam stereo set, selembut suara Syaharani melantunkan "Unforgetable" beberapa saat kemudian.

Kuhempaskan tubuhku di atas sofa, saat tak lama kemudian Revy bergabung denganku, membawa dua kaleng coke dingin untuk kembali mengobrol dan bercanda, cekikikan dan tertawa lepas. God damned, I hate those ring......

Malam semakin larut, ketika kuputuskan untuk berpamitan dan pulang. Why does it feel so hard everytime I say goodbye, seems like I won't never see her again ....? Sepatu kiriku baru saja kukenakan, saat tiba-tiba dari belakangku terdengar suara Revy bertanya, "Ryo, kita sudah lama berteman, and I think I've already knew all about you, except one thing", Revy menahan nafasnya sejenak untuk kemudian melanjutkan, "...and may I know about it now? and please answer the truth".
"Sure whatever you want to know, just ask me", tanyaku terheran. Sebenarnya mau nanya apa sih nih anak?
"Ryo, have you ever had some different feelings about me?", tanyanya tergugup.
"What do you mean with different feelings?", balasku tak kalah kagetnya.
"Come on Ryo, you know what I mean. Don't make it harder for me, please....", kata Revy dengan wajah memelas.
"Why should you know?", tanyaku lagi untuk menghindar.
"I just have to know, Ryo. Please answer me...", balasnya sedikit memaksa. Shit....!! What should I do? Tell her everything I've been feeling about her? or just lying and tell her everything is right? Perang batin berkecamuk seketika, membuatku ragu untuk memilih apa yang akan kukatakan kepadanya. Waktu merambat perlahan, sampai akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya. Pikirku toh dia sudah menemukan cinta sejatinya dan sebentar lagi akan menikah. Pengakuanku mungkin hanyalah sebuah intermezzo dalam jejak-jejak hidupnya. Dan lagipula kita sudah sama-sama dewasa, pasti dapat menerima keadaan seberapa buruk pun.

"Have I fallen with you, is that what you wanna know, Rev?", tanyaku pada akhirnya. Revy hanya terdiam dan tertunduk sembari memainkan ujung blazernya dengan kedua tangannya. "Yes Rev, I have fallen with you. In fact I have been falling in love with you since we're in school", jawabku mencoba untuk tegas. "Apakah saya pernah jatuh cinta sama kamu, Rev? Jawabnya pernah, bahkan selalu.... Saya selalu mencintaimu", lanjutku tidak kuat lagi menahan endapan perasaanku padanya. Sunyi keadaan setelah itu. Menit demi menit berlalu tanpa kutahu apa yang harus kulakukan. Marahkah dia padaku? Jika tidak, mengapa dia terdiam begitu lama? Lalu saya harus bagaimana? Meninggalkannya begitu saja, atau harus tetap tinggal untuk melihat reaksinya? Sekonyong-konyong Revy menubruk tubuhku, memelukku erat sambil menangis. Saya hanya mampu balas memeluknya sambil mengusap-usap rambut sebahunya yang terurai di pundaknya. What's wrong honey? "Kamu jahhaaattt......!!", serunya tiba-tiba, masih sambil menangis dan memukuli dadaku dengan kedua tangannya. "Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang? Tahukah kamu Ryo, betapa setianya saya menyimpan cinta untukmu selama ini, sampai akhirnya saya memutuskan untuk memberikannya kepada orang lain?", serunya lagi sambil sesunggukkan.

Tiba-tiba dunia terasa berputar hebat mana kala saya mendengar pengakuannya. Revy selama ini mencintaiku? Oh My God..... I've found someone who understand me best, and I just let it slip away? Sesak rasanya nafasku demi mendengar semuanya. Those ring....those ring takes my happiness away... Menit demi menit berlalu kudengarkan seluruh cerita Revy, mendengarkan bagaimana dia terus mengharapkan perkataan cinta dari bibirku, bahkan sampai saat dia menuntut ilmu ke luar negeri dan kami tidak pernah berkabar berita lagi. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menerima cinta Heru dan belajar untuk mencintainya, karena cinta Heru adalah kenyataan baginya, sedangkan cinta saya hanyalah sebuah mimpi. Saya tak tahu harus berkata apa. Yang saya lakukan hanya berusaha meredakan tangis dan menyekakan air matanya dengan sapu tanganku. Beberapa saat hingga akhirnya keadaan Revy cukup tenang, dan kami masih terus saja berpelukan...

I think of you every morning, dream of you every night Darling I'll never be lonely, whenever you're inside I love you, for sentimental reasons......

Alunan suara Syaharani lembut melantunkan sebuah tembang lawas "For Sentimental Reasons", makin menghanyutkan kami berdua dalam sebuah dekapan erat yang menyejukkan. Tanpa sadar tubuh kami bergerak perlahan mengikuti alunan lagu. Ya... tanpa sadar kami berdansa, diiringi lembut musik yang keluar dari stereo set di buffet ruang tamu. Dari jendela masih terlihat Jakarta yang terang, seakan sengaja menyisakan kehangatannya untuk kami berdua.

Kami terus tenggelam dalam suatu dansa yang lembut dan romantis, bahkan setelah musik berhenti dimainkan sekalipun. Kami hanya bergoyang lembut, mengikuti kata hati semata. Perlahan kukecup lembut keningnya. Terasa bagaimana ia mempererat dekapannya. Kudongakkan perlahan dagunya, masih sempat terlihat olehku bagaimana Revy memejamkan kedua matanya, sebelum akhirnya kucium bibirnya penuh perasaan.....

Kami berdekapan dan berciuman erat, larut dalam galau emosi dan kerinduan yang sekian lama tak terkatakan, bahkan dalam bilangan tahun sekalipun. Segala macam rasa yang pernah kami rasakan, seakan kami tumpahkan pada sebuah ciuman yang dalam. Lembut kuangkat tubuhnya hingga kini ku menggendongnya setelah beberapa saat kita bercumbu, sambil terus berciuman. Perlahan kuberjalan ke sofa dengan tetap merengkuhnya dalam dekapan.

Tiba-tiba kurasakan ruangan menjadi gelap, tatkala tangan Revy berhasil menjangkau saklar lampu yang terletak di dekat pintu utama. Sunyi senyap gelap, hanya desahan nafas kami berdua yang sedang dihanyutkan cinta. Kini kami terduduk di sofa, dengan Revy dalam pangkuanku. Kami masih terus saja berciuman, semakin dalam. Perlahan kutanggalkan dua buah kancing blazernya, untuk kemudian jatuh terjuntai ke karpet. Revy pun berusaha melepaskan satu per satu kancing kemejaku, hingga pada akhirnya ia berhasil mendapatkan kemejaku dalam genggamannya, untuk kemudian dijatuhkannya pula ke karpet. Kami terus bergumul dalam paduan kerinduan yang tak terbilang. Tak kuingat jelas bagaimana masing-masing kami kehilangan kain penutup tubuh satu per satu, sampai akhirnya kami hanya tinggal mengenakan kain penutup tubuh yang terakhir. Kucumbui dada Revy penuh kehangatan, ketika kurasakan lembut tangannya menyusup ke balik celana dalamku, menurunkannya dan menggenggam erat kejantananku dengan telapak tangannya. Ugh...sungguh suatu sensasi yang tak terkatakan.

Kuturuni centi demi centi tubuh Revy dengan menyisakan bekas- bekas pagutan berwarna keunguan pada sekujur tubuhnya. Nafas Revy terus memburu, dan makin memburu ketika perlahan kusingkapkan celana dalam bernuansa biru muda, sedikit-demi sedikit menyusuri kedua kakinya yang jenjang hingga akhirnya terlepas seluruhnya.

Kini keadaan kami tak ubahnya tatkala pertama kali kami dilahirkan, tanpa selembar benang pun menutupi tubuh kami berdua. Perlahan kubuka paha Revy dan mengarahkan wajahku ke sana. Bagai tersengat, nafas Revy tertahan ketika ia mulai merasakan sesuatu yang lembut membelai organ kewanitaannya. Lembut sekali kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, memberinya suatu sensasi oral yang tak terkatakan. "Ryo....uuhhh....hhhmmm...", terdengar lembut suara Revy berbisik, di antara desah nafasnya yang memburu.

Terus kuperlakukan dia dengan penuh kasih sayang. Jilatan lembut diselingi gigitan kecil dan hisapan perlahan terus mendera organ kewanitaannya, membawanya makin tinggi terbuai dalam gulungan hasrat yang perlahan-lahan merambati seluruh aliran darahnya. Menit demi menit berlalu hingga..... "Ryooo...aahhhh...", serunya tertahan seraya mencengkeram rambutku. Puncak itu telah datang menderanya, menenggelamkannya pada jurang kenikmatan hingga dasarnya. Saya hanya mampu memandanginya saja. Bagaimana indahnya ekspresi Revy terbuai alunan orgasme yang baru saja hadir menyapanya mampu mengalahkan segala keindahan yang pernah saya saksikan sebelumnya.

Kubiarkan Revy mengejang detik demi detik puncak yang baru saja dilaluinya untuk kemudian mulai dapat mengatur nafasnya kembali. Kurasakan tangan Revy lembut menepis tanganku yang telah menggenggam latex pengaman. "Don't use it, I wanna feel you inside me completely....", bisiknya lembut di telingaku seraya menggenggam kejantananku dan menuntunnya ke dalam liang kewanitaannya.

Hangat dan mendebarkan rasanya tatkala ujung kejantananku menempel pada bibir vaginanya. Terasa sentuhan lembut tangan Revy pada pinggulku dan mendorongnya ke depan untuk menghujamkan kejantananku dalam tubuhnya. Terasa suatu sensasi yang sangat menyesakkan dan mendebarkan, ketika kunikmati mili demi mili kejantananku menembus organ kewanitaan Revy. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat menikmati penetrasi tersebut makin membuatku serasa terbang dibuai kenikmatan. Hingga pada akhirnya terasa kejantananku terbenam utuh dalam tubuhnya, seutuh seluruh perasaan cintaku padanya yang selama ini kusimpan. Sayu matanya memandangku, kukecup lembut keningnya sebelum akhirnya kami tenggelam ke dalam suatu persetubuhan yang sangat indah, dimana galau hati dan rasa cinta bercampur aduk menjadi satu di dalamnya.

Kini Revy terbaring di sofa dan diriku dengan posisi setengah terduduk terus memompa kejantananku keluar masuk tubuhnya. Kaki kirinya terkulai di pundakku, saat kaki kanannya terjulur ke karpet. Kami terus bersetubuh dengan sangat intim, seakan tiada lagi hari esok bagi kami. "Ryooo......hhhmmm...aahh..", jerit Revy lirih saat sesekali dirasakannya kejantananku mendesak hebat liang kewanitaannya.

Waktu terus berpacu, seiring berpacunya hasrat kami menyatukan seluruh rasa dan raga kami berdua. Makin kurekatkan persetubuhan ini saat kurasakan Revy mulai mendekati puncak keduanya. Dan... "Ryoooo.....aarrggghhh..hhhmmppff.", suara Revy sungguh mendebarkan terdengar. Puncak kedua telah datang merenggutnya kembali dan menenggelamkannya dalam gulungan nafsu dan kenikmatan yang seperti tiada berujung. Belum selesai Revy melepaskan seluruh ekspresinya, dengan cepat kucium bibirnya dalam. Terdengar lirih jeritan-jeritan kecil sisa orgasmenya saat kami berciuman. Dengan tiba-tiba kutarik tubuh Revy dan mendudukkannya dalam pangkuanku. Kini wajah kami berhadapan dekat, dengan Revy dalam pangkuan. Kembali kutikamkan kejantananku dalam kewanitaannya, seraya meremas buah pinggulnya dan menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuhku. Kami bersetubuh sambil berciuman teramat dalam.

Tubuh Revy bergoyang-goyang mengikuti setiap hentakan persetubuhan kami. Sesekali disibakkan rambutnya yang mulai basah terurai. Ada suatu momen yang sangat indah setelah sekian waktu berlalu, tatkala Revy menyibakkan rambutnya dan tetap meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya, seraya terus bergoyang mengikuti alunan persetubuhan. Bagai sebuah tarian kehidupan yang sangat indah dan sakral, mengikuti setiap gerak tubuhnya menyetubuhiku.


"Rev, I love you", bisikku lembut di telinganya, diantara deraan-deraan lembut persetubuhan kami.
"Me too", hanya itu yang mampu diucapkannya sebelum terhentak kembali merasakan sesaknya kejantananku memenuhi organ kewanitaannya. Terasa pula olehku bagaimana vaginanya makin erat menghimpit organ kejantananku.....
"Ryoo....eennngghhhh.....aahhhhh..", teriaknya tertahan ketika orgasme itu kembali menggulungnya, menyeretnya ke dalam lembah kenikmatan hingga ke dasarnya.

Kini ia merebahkan kepalanya di pundakku. "Revy sayang kamu...", ucapnya lirih di telingaku. Saya hanya mampu mengusap lembut rambutnya. Ah... Revy, andai kamu dapat tahu betapa aku pun merasakan hal yang sama sepertimu.

Kugendong Revy menuju kamar tidurnya. Dia memelukku erat seakan tidak akan pernah ia lepaskan. Masih sempat kupadamkan lampu kamar tidur saat kami mulai memasukinya. Kami terus berciuman, semakin dalam. Kuturunkan Revy dan membalikkan tubuhnya menghadap ke jendela. Sempat kudengar jeritan lirih terkejutnya ketika ku memposisikan dirinya seperti itu. Kini Revy setengah berdiri membelakangiku, dengan kedua tangannya bertumpu pada meja kerjanya yang menghadap ke jendela kamar tidurnya yang masih terbuka. Perlahan kusisipkan kembali kejantananku dalam liang kewanitaannya.
"Ugh....", terdengar lirih bisik Revy saat ia mulai merasakan tikaman kejantananku menembusnya dari belakang.

Kembali kami bersetubuh, sangat erat. Kuterus menikamkan kejantananku ke dalam organ kewanitaannya dari belakang, seraya meremasi kedua buah pinggulnya. Betapa indahnya persetubuhan ini, suatu sensasi yang belum pernah saya rasakan sebelumnya ketika bercinta seraya memandangi lampu-lampu kota yang masih saja benderang dari jendela tanpa kain penghalang yang terpampang di depan kami berdua. Kami terus bercinta, mencoba merasakan kehangatan pendar-pendar lampu jalanan kota Jakarta yang terpampang di depan kami, seakan-akan terus memancari kami dengan cinta.

Galau hati, luapan emosi, kerinduan dan rasa cinta ditambah city view metropolitan berpadu dalam dekapan erat sang dewi nafsu, menghantarkan persetubuhan kami semakin dalam dan dalam. Kami berciuman, mendesah, mengerang, mendekap, coba merasakan semua sensasi yang ditawarkan dalam sebuah persetubuhan. Semakin terhimpit rasanya kejantananku di dalam liang vaginanya, ketika mulai kurasakan sesuatu bergejolak mendesak keluar dari dalam tubuhku.
"Rev, I'm almost there....", bisikku lembut.
"Yes Ryo, cum inside honey...", balasnya lirih. Makin terasa desakan orgasme menghimpitku ketika makin kutikamkan kejantananku dalam liang kewanitaan Revy. Perlahan merambati seluruh urat syarafku....
"Ryo....eenngghhh...", jerit Revy lirih, seakan memberi tanda kepadaku bahwa ia pun sedang mendekati orgasmenya yang kesekian kali. Kupacu persetubuhan ini semakin cepat, karena ku tahu tidak ada gunanya lagi mempertahankan lebih lama, karena tembok pertahananku akan hancur berantakan dalam hitungan detik.....
"Ryooo.....aahhhh...!!".
"I'm cumming Rev, I'm cummiiinngg...!!."
Kami berteriak hampir berbarengan kala orgasme menyapa kami dalam waktu yang bersamaan. Kurasakan derasnya cairan kejantananku menyembur keras, memenuhi liang kewanitaan Revy dengan suatu sensasi kenikmatan yang tak terbilang. Revy terus menekan pinggulku ke arahnya, seakan hendak menghabiskan setiap detik orgasme kami di dalam tubuhnya. Entah berapa lama kami terbuai tinggi, terlenakan gelombang hasrat yang terpuaskan di dalam suatu gulungan orgasme yang begitu dahsyat......

Jakarta, 2 Desember, 04.12 AM

Angin pagi Jakarta meniup lembut rambutku yang basah tak beraturan di teras apartemen, sementara di belakang sana Revy sedang sibuk mencuci piring. Jujur saja, saat ini saya sedang merasa kacau. Seharusnya saya bangga dapat membuat seorang Revy jatuh cinta dan terlena dalam dekapanku. Namun yang terasa kini semata rasa bersalah menghujam batinku pilu. She is my best friend, and what have I done to her? Slept with her? and what about her marriage few months later? Did I think about it? What was I thinking? and what about Heru? Don't I just screw up their life by sleeping with Revy? Ryo, you're such a selfish person...!! Suara hatiku terus menyiksaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiran dan kepalaku ini.

Revy adalah sahabat saya, dan saya ingin melihatnya hidup bahagia, dan kini saya hanya memberinya trouble yang sangat berat. Saya hanya akan mengacaukan pilihan jalan hidupnya dengan hadir di antara dia dan tunangannya. Dan jika kehadiranku tidak mampu menggoyahkannya, setidaknya saya telah membuat pernikahan mereka tidak akan sesuci seperti yang terlihat. Dan Heru, apa yang akan diperbuatnya jika mengetahui kekasihnya jatuh cinta dan bercinta dengan pria lain? Haruskah saya bersenang-senang di atas segala resiko kehancuran orang lain, bahkan yang notabene adalah orang-orang terdekatku? Saya adalah seorang pria, dan saya tahu persis hancurnya perasaan dan harga diri seorang pria yang kekasihnya berpaling ke cinta yang lain. Haruskah saya membuat kaumku yang lain merasakan perih itu? Perih yang selama ini kadang kurasakan juga saat ingatanku melayang ke masa-masa yang lalu, at the time when I gave my best love for someone, but she felt still not worth enough....

Tiba-tiba tangan Revy melingkar di tubuhku. Dia memelukku dari belakang dengan suatu dekapan erat yang mesra. Terasa lembut wangi basah rambutnya menempel di pundakku. "Ryo..., I have to talk with you", bisiknya lirih.
"So please, say it..", balasku sambil membalikkan tubuhku dan menemukan sesosok wajah yang sangat mendamaikan dan menentramkan jiwaku, but do I feel sorrow in her eyes? Kami duduk di teras, menikmati semilir angin pagi Jakarta yang masih belum terkotori debu polusi, ketika Revy memulai ucapannya, "Ryo, I've been thinking about us.., dan Revy tidak bisa hidup begini terus". Saya hanya terdiam sambil menebak-nebak apa yang dimaksud Revy dari perkataan yang diucapkannya, saat Revy meneruskannya kembali, "Ryo, I have life now. Yes...we were messed up, but I still have to go on with my own life", Revy menarik nafas sejenak, "...and Heru is my life for me now". Saya hanya bisa memandangi mata Revy yang mulai berkaca-kaca saat kembali ia berkata, "Maybe I don't love him as much as I love you, but he is real for me, Ryo...... And you seems just like a dream for me", Revy terdiam sejenak, "...and I can't live in dreams. Revy butuh hidup yang nyata, Ryo. Revy butuh kepastian....dan saat ini kepastian untuk Revy adalah Heru. Walaupun ia tidak seindah kamu, tapi setidaknya Heru-lah yang memberikan kepastian dan hidup yang nyata buat Revy. Loving you is the greatest feeling I've ever had, but....." "Ssstttt.....say no more honey, I know what you think. I understand you surely....", sahutku sambil menempelkan telunjukku di bibirnya. "Ryo mengerti apa yang kamu rasakan. Sebagai wanita di usiamu, kamu memang wajar menuntut itu. Dan pria yang terbaik bagimu adalah Heru, karena ia dapat memberikan kepastian untukmu. I know I can only give you dreams,....and dreams seems never be enough for women", sahutku lagi, "Kembalilah pada Heru, he is where your place belongs to", kataku sambil kudekap erat Revy penuh sayang.
"Thanks Ryo, kamu baik sekali, but may I ask you anything else", ujar Revy lirih sambi bersandar di pundakku.
"Sure...anything you want, Rev", balasku cepat dengan terus membelai rambutnya.
"Will you keep this night as a secret, please...?", Revy mendongak, menatapku dengan pandangan penuh harap.
"Surely I will, Rev. Surely....", kataku meyakinkannya. "Kamu sahabat saya Rev, dan saya tidak mau ada sesuatu pun yang mengacaukan kebahagiaan hidup kamu, apalagi oleh hal-hal yang disebabkan oleh saya", lanjutku lagi, "I'll do anything to make you happy Rev, you can depend on me, as always...".

Jalanan kota Jakarta masih lengang, ketika kubelokkan mini jeepku di dareah TPU Karet menuju kawasan Pejompongan. Pelan kutekan tombol on radioku yang langsung ter-set pada sebuah radio swasta yang khusus memutarkan lagu-lagu Indonesia di bilangan frekuensi 89-an FM.

..............
Selamat tidur kekasih gelapku, s'moga cepat kau lupakan aku Kekasih sejatimu tak kan pernah sanggup untuk melupakanmu Selamat tidur kasih tak terungkap, s'moga kau lupakan aku cepat Kekasih sejatimu tak kan pernah sanggup untuk meninggalkanmu
..............

Suara Sheila on 7 dengan Sephia-nya cukup menerbangkan lamunanku kembali pada Revy. Masih terbayang bening matanya, saat terakhir kumemandangnya di pintu apartemennya. Ingin rasanya memeluk dan menciumnya, mengungkapkan semua isi hati ini yang tidak pernah terungkap sebelumnya. Semua kata cinta di dunia tidak akan pernah cukup menggambarkan bagaimana inginnya diriku memilikinya. Namun semua itu tidak saya lakukan. Biar bagaimana pun saya telah berjanji untuk tidak lagi mengacaukan kehidupan Revy. Kata cinta hanya akan membuat segalanya menjadi bertambah berat dan rumit bagi kita. Better not to say it...!!

Revy butuh kepastian..., mengapa hanya kata-katanya itu yang terngiang selalu di telingaku kini. Terbayang sekelebatan kisah-kisahku dengan beberapa wanita yang sempat hadir di jejak-jejak hidupku. Jika hingga kini saya belum menemukan yang saya cari dari seorang wanita, yaitu kedamaian, mungkin karena selama ini pula saya belum mampu memberikan apa yang mereka cari, yaitu kepastian. Diriku masih merenung saat kulewati perempatan Slipi-Palmerah yang mulai ramai dipenuhi aktivitas manusia, untuk kemudian meluncur menuju kawasan Tomang. Ah...kepastian........ Something women always want, something I could never give......, not yet......

Pengalaman Pertamaku

Saya adalah seorang karyawan di sebuah instansi pemerintah di bagian administrasi. Umur Saya saat ini 25 tahun. Saya Mau cerita pengalaman pertama kali Saya melakukan hubungan sex. Waktu itu itu umur Saya masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk di SMP kelas 3. Sejak SD Saya sudah sering baca buku buku porno yang stensilan pinjem dari temen-temen . Saya juga sering melihat foto-foto porno orang lagi begituan...kalo sudah baca buku porno wah burung Saya keras banget dan tegang sekali rasanya ada seer serrr gitu dikepala burung Saya yang kayak helm bentuknya.

Saya termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan Saya sudah lebih tinggi dari babeh Saya, dan juga tulang-tulang Saya termasuk kekar dan besar...... Tapi yang paling Saya tidak tahan adalah itu tuch penis Saya kalo lagi tegang .. Gedeee banget....pernah Saya ukur ama temen Saya waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang.. dan waktu di banding ama temen-temen Saya, Saya punya paling panjang dan gede... dan pernah Saya ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 Cm... Yang paling Saya tidak tahan adalah kalo lagi di kelas Saya suka perhatiin mami Ina guru Bahasa Inggris... kadang-kadang tanpa sadar kalo Saya liat itu mami guru lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap ... burungku langsung mengeras... dan menonjol kedepan... kalo lagi gitu Saya berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas...

Saya punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan khayalan yang sama... sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama mami guru Ina yang berasal dari tanah Minang. Kalau mami guru Ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis mami ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat. Gilanya kita berdua suka mengkhayal menjadi kekasih mami ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan mami ina... wah kalo lagi menghayal berdua... burung kita ampe keras banget.. Temen Saya si joko pernah nyarannin Saya ... eh Bram lu kalo mau tahu rasanya hubungan sex ama mami ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin mami ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.

Karena pengen tahu waktu itu Saya coba...wah memang enak mula-mula... burung Saya makin lama makin gede dan keras seperti batu... tapi sudah Saya kocok-kocok ampe sejam lebih kok ntidak keluar-keluar .. akhirnya Saya bosan sendiri dan cape sendiri.... terus besoknya Saya cerita ama Joko .. dia bilang wah tidak normal loe.... sejak itu beberapa kali Saya coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil.... akhir Saya jadi males sendiri... ngocok pake sabun.

Nah ini awal mula cerita Saya... waktu itu pembantu rumah tangga Saya keluar, lali kami dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik. Waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama mami Saya, bahwa dia adalah janda tapi belum punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin dengan dia sudah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.

Aku memanggil dia bibi Asih... dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ntidak pernah marah kalo di goda ... Dia sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga tidak terlalu banyak . Nah waktu itu adalah hari Jum'at... inget banget Saya....... Nyokap Saya dapet telepon dari jakarta bahwa kakak Saya yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau melahirkan anak yang pertama. Mereka pergi dengan Sopir kantor babe Saya ke jakarta jum'at sore... Aku tidak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola basket di sekolahan. Jum'at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamar... wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekali......... Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malam... badanku terasa gerah.. habis baca buku begituan... aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku ... kebetulan kamarku dan kamarnya tidak terlalu jauh ... dan aku melihat pintunya agak sedikit terbuka.....

Tiba-tiba timbul pikiran kotorku... ah ingin tahu gimana bi Asih tidurnya... lalu aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunya.... dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnya... lalu aku masuk kedalam kamarnya... Kulihat Bi Asih tidur terlentang... kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatas... dia tidur menggunakan kain kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikit... aku perhatikan betisnya... kuning bersih dan lembut sekali.... kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanya...wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.

Aku menarik napas dan menelan lsudah... aku perhatikan wajah bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelap... lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebut... sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatas... terus kusibak kesamping.... dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuningan... Aku kagum sekali melihat pahanya bi Asih padat, putih dan berisi tidak ada bekas cacatnya sedikitpun juga... lalu aku pandang lagi wajah bi Asih ..ah dia masih lelap... aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannya... pelan pelan aku tarik kesamping kanan... dan wah akhirnya terbuka lagi... kini di hadapan ku tampak kedua paha bi Asih yang padat dan kuning langsat itu...... aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya bi Asih aku buka perlahan-lahan... keringat dingin aku rasa menahan ketegangan ini... dan burung ku semakin keras sekali .... akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kubuka kekiri dan kekanan... kini terlihat bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam saja.....

Aku benar-benar bernafsu sekali saat itu.... Kulihat perut bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekali... perutnya kecil kencang tidak ada lemaknya sedikitpun juga.. agak sedikit berotot kali.... pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar. Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulunya yang halus... tidak terlalu banyak... dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecil.......

Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnya... terasa empuk dan hangat... terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah tidak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanya.... Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah itu... wah ingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangun.... Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turun... akhhh aku ingin tahu gimana sich bentuk payudara dari bi Asih......Pelan pelan kubuka baju bi Asih.. tidak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga biji... dan satu satu kubuka peniti tersebut... lalu angkat geser kesamping bajunya... wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagi... Kini bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapanku...

Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti ini... BH bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisi.... Aku perhatikan buah dadanya... naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebut... dengan agak gemetar aku pelan-pelan buka cantelan itu..... satu lepas... dan waktu mau buka yang satu lagi bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia tidak bangun kali lagi mimpi...lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagi.... dan akhirnya terbuka.....

Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kali... terus warna pentilnya agak merah muda... bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan.. Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut ...indah sekali... apalagi bi Asih pakai kalung tipis warna kuning emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanya... serasi sekali....

Aku semakin bernafsu... jantungku berdetak kencang sekali.. ingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukan bila dia bangun... aku mulai takut saat itu.... akan tetapi hawa nafsuku sudah memuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebut... kini bi Asi sudah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya saja... aku ingin tahu juga kayak apa sih yang namanya vagina itu... terus terang aku seumur itu belum pernah melihat vagina asli kecuali di foto...

Aku cari akal gimana ya... tiba-tiba aku lihat di meja bi Asih ada gunting kecil... wah aku ada akal.. nih ku ambil gunting tesebut... lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana bi Asih di dekat selangkangannya... aku tarik pelan-pelan agar dia tidak bangun... terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnya... segitiga yang pas didepan vagina bi Asih putus juga ku gunting... dan aku singkap calana dalam tersebut ke atas.....

Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang pun... vaginanya bentuknya rapat sekali kayaknya tidak ada lobangnya... bulunya halus tipis... samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapat...

Wah aku betul-betul sudah nafsu buta saaat itu... Aku bingung gimana nich... ingin pegang vagina tersebut tapi takut dia bangun... Ah aku nekat karena sudah tidak tahan... lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamku..... wah penisku sudah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin payudara bi Asih dan dan vaginanya....wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekali... rasanya seperti mau pipis.. tapi tidak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam vaginanya ... tapi tidak bisa juga keluar... ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungku....

Akhirnya aku sudah tidak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur bi Asih...... Aku ingat seminggu yang lalu bi Asih pernah dibangunin oleh mami Saya jam sepuluh malam, waktu itu mami Saya mau minta tolong di kerokin.. nah bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo sudah tidur susah di banguninnya

Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudahan malam ini juga dia susah bangun... lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia tidak bangun juga.. bener-bener nich bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinya... aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannya.......pelan-pelan aku tempelkan burungku di vaginanya ... tapi lubangnya kok tidak ada... aku agak bingung .... pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi tidak kelihatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berpikir mungkin ini yang dinamakan klitoris oleh kawan-kawanku.... aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok tidak ada belahan lagi... ternyata emang tidak ada lubangnya... aku bingung..... wah gimana nich........ tapi aku sudah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan helm burungku ke vaginanya ternyata...ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masuk....baru di bagian luarnya saja rasanya belahan vagina bi Asih sudah tidak muat....

Tetapi ku pikir sudah kepalang basah aku tempel aja helm burung ku ke vaginanya.. wah tidak bisa masuk hanya nempel doang... tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam vaginanya ... enak sekali hangat..... aku gosok pelan-pelan....... dan vaginanya agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku tidak bisa masuk... makin lama makin enak... aku benar-benar sudah lupa daratan ... dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalam... aku tidak sadar kalo dia bisa bangun... akhirnya bener juga ketika aku agak tekan sedikit dia bangun dan sepertinya masih belum sadar betul..

Tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan ini.... dia menjerit dan. Bram ngapain... aduh tidak boleh .. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannya.... jangan.... Bram.. keluar.... Bram... Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluuuu banget tidak ketulungan... aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluar..... langsung masuk kamar......rasanya mau kiamat saat itu... .. bingung banget... gimana ntar kalo dia ngadu ke orang tua Saya.... wah mati Saya..... .....

Besok paginya aku bangun pagi-pagi... terus mandi... tidak pake sarapan aku pergi kesekolah...... di sekolah aku lebih banyak diam dan melamun... bahkan ada temen Saya yang godaain Saya dengan mengolok Saya... Saya tarik kerah bajunya dan hampir Saya tabok untung keburu di pisahin ama temen Saya...dan waktu pertandingan basket... Saya.. di keluarin soalnya Saya tonjok salah satu pemain yang dorong Saya.... wah bener bener kacau.. pikiran Saya saat..itu. Biasanya Saya pulang sekolah jam 12.30... tapi aku tidak langsung pulang tapi main dulu kerumah temen Saya ampe jam 5 sore baru Saya pulang...... Ampe dirumah... bi Asih sudah menunggu di depan rumah... dia menyambutku... kok lama sekali pulangnya .. bi Asih sampe khawatir..... tadi mami telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin sore... soalnya kakakku masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.

Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah dia tidak marah sama aku... baik sekali dia... ... aku langsung masuk kamar... dan mandi sore...... terus tiduran di kamar..... Jam 7.00 malam dia ketuk kamarku den.. den... makan malamnya sudah siap.... Aku keluar dan santap malam... lalu setelah selesai aku nonton TV.. dia beres-beres.. meja makan... selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang ... ah dia ternyata cukup cantik juga...badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gede....... bener bener seperti gitar......setelah selesai aku panggil dia... bi. bi.... tolong dong aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nich...baik den.... terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkap....dan menghidangkannya di depan aku....dan dia langsung mau pergi..... tapi aku segera panggil lagi bi Asih jangan pergi dulu dong.......dia Jawab ada apa den.... ehmmmm itu bi emmm bi Asih tadi cerita tidak ama mami soal semalam..... dia senyum wah mana berani bibi cerita.... kan kasian den Bram.... lagian kali bi Asih juga bisa kena marah....wah lega hatiku... bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem itu...maaf celana bibi Asih rusak.. soalnya... emmm soalnya.... aku tidak tahu harus ngomong apa.....Tapi kelihatannya bi Asih ini cukup bijaksana... dia langsung menjawab iya dech den bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puber... ya khan...aku tertawa.. ah bi Asih ini sok tahu ah.... dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puber...jangan sampai terjerumus...... Kembali aku tertawa... terjerumus ke mana... kalo ke tempat yang asyik sich aku tidak nolak... bi Asih melotot eh jangan den... tidak baik.... Terus dia langsung menasihati aku... dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup ganteng... pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksir... bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebak... lalu di suruh kawin... hayo mau ngasih makan apa...

Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku tidak tahu apa itu.... terus aku jadi agak sedikit berani dan kurang ajar ama dia..... Aku pandang dia.... terus aku bertanya... bi ... bi Asih khan sudah pernah kawin khan... gimana sich bi rasanya orang begituan.......dia nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merah... lalu aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener ingin tahu katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul tidak... dia diam sebentar... ah tidak den selama bi Asih kawin 4 tahun.. bibi tidak ngerasa apa-apa... maksudnya gimana bi....masa bibi tidak begituan ama suami bi Asih... eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. tidak sampai 1 menit sudah selesai.....

Aku semangkin penasaran.. ah masa bi... terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam tidak.....
EEhhh ngaco kamu... dia tertawa tersipu-sipu... ehmm tidak kali ya... soalnya baru didepan pintu sudah loyo.... hi hi.....
eh sudah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilang... lagian bi Asih khan sudah cerai 3 tahun jadi sudah lupa rasanya....
sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergi.... ehh bi bi..bi tunggu dong... temenin aku dulu dong.... lalu dia bilang eh sudah besar kok masih di temenin bibi sudah cape nich... tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul tidak terasa sudah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekali... dingin juga rasanya... bi Asih pandai juga bercerita... cerita masa remaja dia... rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMP.......

Aku duduk di sofa panjang.. bi Asih duduk di karpet bawah... terus aku panggil dia bi sini dech... tolong liatin dong ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeri... bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. mana den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang ku... .. lalu dia dia bilang tidak ada apa-apa kok... ....Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan bi Asih tidak marah... kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti bi Asih tidak bakalan marah.... Lalu aku bilang ini bi Asih tapi dia matanya meram ya...... dia tersenyum dan menganguk... lalu memejamkan matanya.... nah ini aku pikir kesempatanku..... aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan bi Asih... lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamku.... burungku masih setengah besar belum gede banget........ Lalu aku tarik tangan bi Asih dan letakkan di atas burungku.... dia bilang ehhh apa ini... lalu aku bilang eh awas jangan buka matanya ya... dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok anget... Begitu tersentuh tangan bi Asih penisku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekali... rupanya dia curiga .. dan membuka mata... eh pamali dia bilang.... tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi matanya.. dia tersenyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den tidak sopan....tapi aku bilang tolong dong bi... ingin banget dech.....

Kayaknya dia kasian sama aku... dia mengangguk... dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan tidak boleh macam-macam...ntar kalo orang tua aden tahu dia kena marah.. dan dia bilang eeeh ih kok gede banget sich den...iya jawabku singkat...lalu tangan dia menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungku... kira-kira 10 menit... dengan agak serak dia bilang sudah belom den.....

Saat itu aku merasa melayang... dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbul... aku pegang lengannya terus naik ke bahu... leher.. pelan-pelan turun ke dadanya... dia bilang eh den mau apa... tapi aku pura-pura tidak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. dia agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan den....jangan. tapi dia tidah menepis tanganku... aku semakin berani... pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantian... nampak napas dia agak memburu.. aku semkin berani lagi... teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya ...... ah susunya terasa lembut sekali...dia bilang lagi dengan lirih... den jangan .... aku tidak perduli.... lalu aku buka baju atas bi Asih dan ku buka juga BH nya... mula-mula bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrah... dan terbuka bagian atas badan bi Asih... susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundar.... lalu mulai kuremas-remas bi Asih agak sedikit menggeliat.....napasnya memburu ........aku ingat akan buku porno yang kubaca... lalu aku coba praktekkan.... ya itu aku mencoba mencium pentil dari payudaranya dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permen...... wah kayaknya dia kenikmatan banget... napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engah... waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. sudah den... sudah.... ah dia tidak tahan... katanya.....

Aku malah semakin semangat seluruh payudaranya aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emut..... dia semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kini berhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekali... agak sakit juga rasanya tapi aku biarin aja.... Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atasnya aku ciummi lehernya, bahunya yang putih.... dan aku buka seluruh celanaku...sehingga dia bebas memegang burungku dan telurku bergantian.... Adegan ini cukup lama juga berlangsung hampir sejam... kali aku liat jam diding sudah jam 10.30.... Lalu aku rebahkan dia di sofa panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut aja... kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya.... pelan-pelan agak turun ... aku ciummi perutnya .... dia tampak agak kegelian.... aku semangkin terangsang... aku tidak ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno...

Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya bi Asih... dia bilang eh den jangan mau apa... tidak tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kainnya copot sudah dan aku buang jauh-jauh...dia tinggal memakai celana dalam saja.... eh.. biarpun dia ini orang desa... tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekali... mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baik.....

Aku ciumi perut bi Asih terus turun kebawah... dan terus kebagian kemaluannya.... dia tampak mendorong kepalaku... jangan den... tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turun... wah ini dia betul-betul melawan dan tidak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya itu... tapi aku terus berusaha... adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup lama dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannya... pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannya... dia tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan den... jangan den.... tapi aku ciumi terus....akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engah.... dibagian tengah vagina agak keatas vagina bi Asih ada daging agak keras seperti kacang... mungkin klitoris... nah klitorisnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kadang aku emut-emut dengan bibirku...

Aku ciumi terus vaginanya .. dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas. dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga... cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak aja.. dan makin licin.... Ah aku sudah tidak tahan lagi rasanya...lalu kubuka kaos bajuku... dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan nya ...aku periksa lagi vaginanya.. yach masih seperti tadi malam tidak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basah... aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging... aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin penisku...

Aku penasaran lalu aku bangun dan berlutut di pinggir sofa dan burungku aku arah kan ke vaginanya. Dia nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangun... dan bilang den jangan sampai ketelanjuran... ya tidak boleh... aku bilang iya bi tenang aja... aku cuma mau ngukur aja kok... dan dia percaya lagu rebahan lagi... sambil bilang janji ya den jangan di masukin punya aden ke liang nya... iya jawabku singkat... lalu aku ukur-ukur lagi lubang vaginanya dengan penisku ternyata memang penisku ini tidak normal kali.. karena jangankan lubang yang didalam tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnya... bibir bagian luarnya aja tidak muat... aku mulai berfikir ... wah bener kata Joko aku ini tidak normal..... lalu aku bilang ke bi Asih.... bi kok kayaknya lubangnya mampetnya... tidak ada lubangnya... dia mengangkat kepala... tahu ya... dulu juga burungnya suami bibi rasanya tidak pernah masuk sampai kedalam... wah aku pikir yang normal aku atau dia nich... tapi dasar sudah nafsu banget... tidak ada lubang .... lubang apapun jadi dech aku pikir... vagina dia semakin basah aku pegang-pegang terus...

Lalu aku tarik dia bangun dan ku ajak ke kamar... dia menolak ech jangan den... tidak apa-apa aku bilang.... aku paksa dia kekamar dan aku rebahkan dia di tempat tidur spring bed... kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kaca... lalu aku naik di atas tubuhnya ... dan dia agak sedikit meronta.. den kan janji ya tidak sampai di gituin.... iya dech aku bilang.... Aku lalu turun dari tubuhnya dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kakinya sampai pantatnya tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi vaginanya ... dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno ... aku masukan lidahku di sela-sela vaginanya.. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam vaginanya... aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian klitorisnyanya itu... dia tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahku.... terasa semakin basah vaginanya dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya... semakin licin..........aku lalu bangun......dan aku dorong lagi dia ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnya.......

Aku ciumi lagi payudaranya yang keras dan kenyal itu... dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalaku.... pelan-pelan aku kangkangin pahanya mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrah... dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vaginanya...pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vaginanya... yang sudah mulai banjir dan mulai licin... aku merasa bahwa sekarang helm penisku sudah mulai terjepit oleh bibir vaginanya tapi tetap belum bisa masuk... pelan pelan aku tekan agak keras dia tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos den... aku tidak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vaginanya tapi belum mau tembus juga... aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi ... tapi aku tidak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprak... rupanya vagina dia bener-bener banjir... dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbuka.... aku makin semangat tarik dorong tarik dorong... dia nampak mulai merem melek matanya... dan matanya membalik balik kebelakang....mulutnya mendesis desis... aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibirnya.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman ... jadi tidak tahu caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidahnya .. wah dia makin membinal... dan celah di vaginanya makin terasa agak melebar... dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti helm burungku ini bisa masuk.. ke dalam vaginanya... lalu aku ambil ancang-ancang... kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepan...

Pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu... dua tiga.... empat ...liiima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, bibir dia yang masih ada di dalam mulutku tiba... bersuara huhh...ehmmh hu pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu... dua tiga.... empat ...liiima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, sementara bibirnya yang masih ada di dalam mulutku tiba... bersuara huhh...ehmmh huhuu dan dia memundurkan pantatnya kebelakang... dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala ...jangan... sakit... dia bilang... aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorong... belum masuk-masuk juga.. helm penisku... tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbuka....aku cari akal... wah gimana nich.. ya.... lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggangnya lalu turun sedikit kuremas-remas pantatnya yang besar ... kayaknya dia tambah semakin terangsang... dan aku pikir ini lah saatnya... aku pegang pantatnya keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tiga... tekaaaaannnnnn.........dia tampak meronta-ronta... tapi aku tidak perduli terus kutekaaaaaaan dan blesssssss penisku masuk kira-kira sepertiga...dia meronta lagi...mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya kecil sekali sampai-sampai penisku tidak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga dia berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagi... kutarik tanganku dari pantatnya dan ku pegang ke dua tangannya dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan...

Dia berusaha meronta... dengan mengeser pantat kekiri dan kekanan tapi aku tidak mau lepas... aku ikuti arah pergerakan pantatnya.. dia kekanan aku kekanan dia kekiri aku kekiri dia mundur aku maju.... dia agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas.... dia memang kuat pinggangnya... terus goyang kiri dan kanan .... tapi aku terus tancap burungku yang sudah masuk sepertiga ke vaginanya.... akibat gerakannya ini mula-mula penisku yang tidak bisa bergerak akibat terjepit vaginanya mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tersgesek-gesek oleh vaginanya. Terus aku tahan... penisku di dalam vaginanya dan memang saat itu rasanya lobangnya sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh vaginanya... Lama-lama gerakannya agak melemah dan nafas agak terengah engah... dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam vaginanya dan sakitnya mulai hilang.....

Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi kedalam. agar tidak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena vaginanya sudah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitan... aku melakukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga... lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagi... aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam.dia menggelinjang.. dan bersuara ... aduh.. huhh hmmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. blesssss masuk lagi penisku lebih dalam dia agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeri... tapi aku tidak perduli aku tekan lagi lebih keras lagi... cabut sedikit tekan lagi... dia agak meronta-ronta... aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencang... aku semakin bersemangat... dan dengan sekuat tenaga..

Aku tekan tiba-tiba pantatku kedepan .... dan bleessssss penisku amblas kedalam vaginanya.... dia agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya kekiri dan kekanan lagi.. tapi aku sudah semakin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannya.... setelah dia tidak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya dia mulai menikmati dan dia kelihatan mengejang dan lalu memeluk aku keras-keras..... dan mulutnya mendesis desis... aku semakin bersemangat... dan genjotanku semakin keras dan kencang.... dengan kedua kakiku kukangkangkan pahanya lalu aku genjot lagi penisku keluar masuk..... kira-kira 10 menit.. dia mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagi.... dan... setelah itu dia kelihatan agak loyo... tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku ... aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya...dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk vaginanya... bila aku tekan... tampak vaginanya dekok kedalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir vaginanya ikut munjung ke depan......... kira-kira.... 15 menit ... aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.... ada sesuatu keluar dari penisku... aku merasa nikmat banget... aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya... dan dia yang tadi sudah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya kekiri kekanan.... aku semakin kenikmatan... dan tiba-tiba terasa lagi seeer serr ada cairan keluar dari penisku... dan dia juga kelihatannya merasa nikmat juga...

Dia seperti mencari-cari sesuatu... Pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pinggangku... seperti orang main gulat.... aku tidak berkutik tidak bisa bergerak... dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluar....... dia semakin menggila dia mengigit.. gigit... bahuku.... dan menjerit lirih.. den.. enak sekali den......... aku peluk dia keras-keras..... dan kami berpelukan kurang lebih lima menit....... penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembek... dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku...... Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari vaginanya.. dan kulihat vaginanya.... ... Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnya.... dan aku melihat di seprai dekat vaginanya banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambu.... aku agak kaget... dan bilang kepadanya... bi ..... bibi masih perawan ya...........dia tersenyum manis... dan menjawab... iya den soalnya selama bibi nikah... bibi belum pernah kemasukan.... karena mantan suami bibi dulu orangnya loyo.... baru nempel sudah banjir dan lemes.... Aku menggumam.... pantas susah banget masuknya.......terus dia nimpali bukan susah....tapi emang burungnya den bram yang kegedean.... bibi ampe hampir semaput rasanya......

Malam itu aku tidur berdua dengan dia di kamar Saya.... kita tidur telanjang bulat.... cuma di tutup pakai selimut...... pagi-pagi jam 5 pagi sudah terbangun.... dan penisku tiba-tiba mengeras lagi.... ... tanpa permisi... aku langsung naik lagi kebadannya.....yang masih setengah tidur dan dia terbangun..... Aku kangkangin lagi pahanya kekiri dan kekanan... dia diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyum..... lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan vaginanya dan aku tekan-tekan... tapi tidak bisa masuk-masuk... bi asih tersenyum.... dan dia bilang sini bi asih bantu... lalu tangannya kebawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang vaginanya bi asih.. terasa hangat... lubang itu dan mulai basah... ternyata kali ini tidak sesulit tadi malam... helm penisku dengan beberapa kali tusukan maju mundur... mulai bisa masuk kedalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun vaginanya mulai basah dan licin... dan kelihatanya Dia juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya... beberapa kali dia sedikit mengaduh... tapi... setelah vaginanya betul-betul banjir... dan penisku bias masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmati... dan... pagi itu aku bersenggama dengannya sampai jam 7.00 pagi... Dia orgasme sampai 3 kali... dan aku muncrat juga tapi tidak sebanyak tadi malam......

Seharian kita males-malesan di tempat tidur... dan sore hari... kami melakukannya lagi......sampai jam 10 malem.... Senin pagi aku bangun dan bolos sekolah.... karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapan.... aku rencananya mau berangkat sekolah .... tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi melihat dia baru keluar dari kamar mandi pakai handuk saja.... lalu aku tarik dia ke kamarnya .... ku buka handuknya ku ciumi payudara .. ku isap-isap pentil... dan kurebahkan dia di tempat tidurnya.... dan ku setubuhi lagi.... wah enak rasanya bi asih yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabun..... dan aku bersetubuh dengannya di kamarnya senin pagi itu sampi jam 9.00 pagi... dan aku terpaksa membolos sekolah......

Sorenya orang tuaku pulang dari jakarta...... dan sejak saat itu aku kalau malam sering kekamarnya dan melakukan hal itu lagi.. dan kelihatannya dia juga mulai ketagihan seperti aku.... mami aktif organisasi dharma wanita... sehingga kami sering punya kesempatan berdua dan selalu tidak pernah menyia-nyia kesempatan itu.....

Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan... lama-lama kayaknya mamiku mencium gelagat.... dan hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3 smp aku lihat pagi-pagi mamiku ada di kamar bi asih.....dan bi asih nampak tertunduk.. dan kayaknya agak sedikit menangis... aku tidak berani campur tangan..... dan waktu aku pulang sekolah.... dia sudah tidak di rumahku lagi... dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih banget saat itu..